MANAGEMENT
MAKALAH
Diajukan Pada Diskusi Kelas Mata Kuliah
Menejemen
Lembaga Pendidikan Islam
Dosen Pembimbing
Dr. H.
Sofwan Manaf M.Si

Di Susun
Oleh :
NURUL HUDA AL-QUR’ANI
USMAN
INAYAH MAULIYA
SEMESTER :V (PAGI)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (TARBIYAH)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH
JAKARTA
2014 M / 1435 H
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan berbagai nikmat kepada
hambanya, khusus nya nikmat kekuatan yang telah dilimpahkan kepada penulis
dalam menyelesaikan makalah ini yang berjudul Menegement pada mata kuliah MLPI.
Penulis juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada pak Dr H. Sofwan Manaf M.Si selaku dosen
mata kuliah MLPI yang telah
memberikan bimbingan kepada kami dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan
dalam menyusun makalah atau tugas- tugas selanjutnya
Semoga Allah selalu senantiasa
memberikan bimbingan, petunjuk, dan perlindungan kepada kita semua. Amin Yaa
Rabbal Alamin
Jakarta,22
September, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk membangun sumber daya manusia (SDM) yang bermutu tinggi, maka
diperlukan pendidikan yang bermutu, berperadaban, efektif dan efisien.Karena
SDM yang bermutu hanyalah dapat dibentuk, dikembangkan oleh potensi dan kemampuannya melalui pendidikan dalam arti yang
seluas-luasnya.
Manajemen pendidikan sebagai
suatu disiplin ilmu memainkan peranan yang amat penting dalam mewujudkan system
pendidikan yang bermutu dan berkelanjutan. Manajemen system pendidikan amat
penting karena proses penataan sumber daya pendidikan (pengelolaan tenaga kependidikan, kurikulum dan pembelejaran, keuangan,
sarana dan prasarana pendidikan, serta
keterlibatan secara terpadu antara pemerintah, sekolah dan masyarakat)
perlu dimenej secara professional.
Artinya seluruh sumber daya pendidikan yang
ada, tidak akan berpengaruh dalam pembangunan SDM yang bermutu, apabila
manajemen pendidikannya lemah. Dengan demikian, manajemen pendidikan yang
professional merupakan salah satu kunci penting dalam membangun system
pendidikan Nasional, dengan demikian akan dijelaskan lebih lanjut dalam makalah
ini mengenai Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, yang membahas diantaranya
1. Pengertian dan pentingnya studi manajemen.
2. Fungsi-fungsi manajemen.
3. Sejarah (aliran-aliran) manajemen.
4. Manajemen dan islam
5. Mengapa perlu menejemen?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
DAN PENTINGNYA STUDY MANAJEMEN
a. Definisi
Manajemen
Manajemen dalam bahasa inggris dikenal dengan
kata manage yang berarti mengatur, mengurus, melaksanakan dan mengelola
(John M. Echols & Hasan Shadily, 2003:372). Sedangkan dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia (W.S.J. Poerwadarminata 2007:742) manajemen diartikan
sebagai cara mengelola suatu perusahaan besar. Pengelolaan atau pengaturan
dilaksanakan oleh seorang manajer (pengatur/pemimpin) berdasarkan urutan
manajemen.[1]
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.[2]
Manajemen merupakan ilmu, kiat, seni dan profesi.Dikatakan sebagai ilmu,
menurut Gulick (1965) dalam Satori (2006:10), karena manajemen dipandang sebagai
suatu bidang pengetahuan yang secara sistematisberusaha memahami mengapa dan
bagaimana orang bekerjasama.Dikatakan sebagaikiat, menurut Follett, karena
manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer
dan para profesionalnya dituntun oleh suatu kode etik.sifat khusus yang utama
manajemen adalah integrasi dan penerapan ilmu serta pendekatan analisis yang
dikembangkan oleh banyak disiplin ilmu. Manajemen sebagai seni karena dalam
melaksanakan fungsi dan prinsip manajemen dihadapkan kepada masalah-masalah
yang kompleks yang membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki seni memimpin
yang dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.Manajemen sebagai profesi
dilandasi oleh nilai-nilai etik organisasi yang membutuhkan keahlian khusus
yang tidak sembarangan orang dapat melekukan pekerjaan manajer secara
professional seperti yang digariskan dalam kerangka ilmu manajemen pendidikan.
Hersey dan Blandchard (1982:3) mendefinisikan
manajemen sebagai proses kerjasama melalui orang-orang atau kelompok untuk
mencapai tujuan organisasi yang diterapkan pada semua bentuk dan jenis
organisasi. Gulick (1965), ahli administrasi public Amerika, mengemukakan bahwa
manajemen menjadi suatu ilmu jika teori-teorinya mampu menuntun manajer dengan
kejelasan apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu memungkinkan mereka
meramalkan akibat-akibat dari tindakannya. Dalam perjalanannya sebagai suatu
manajemen diuji dengan pengalaman. Robert Owen (1800-1828), seorang pionir
manajemen personalia modern terkemuka, mengatakan bahwa manajemen perusahaan
yang baik menguntungkan bagi sang majikan dan merupakan bagian pokok dari
setiap pekerjaan manajer.[3]
b. Pentingnya
Study Manajemen
Manjemen merupakan alat untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan
perusahaan, karyawan, da masyarakat. Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna
unsure-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan.[4]
Selain itu, manajemen merupakan suatu cara
meningkatkan performansi secara terus menerus pada setiap level operasi atau
proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan
semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.[5]
Adapun unsur-unsur manajemen itu terdiri dari: man, money, methode machines, materials, dan
market. Disingkat 6 M.
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.
Timbul pertanyaan tentang: apa yang diatur, apa tujuannya diatur, mengapa harus
diatur, siapa yang mengatur dan bagaimana mengaturnya.[6]
1. Yang diaturadalah semua unsure manajemen, yakni 6 M.
2. Tujuannya diaturadalah agar 6 Mlebih berdaya guna dalam
mewujudkan tujuan.
3. Harus diatursupaya 6 M itu bermanfaat optima, terkoordinasi dan
terintegrasi dengan baik dalam menunjang terwujudnya tujuan organisasi.
4. Yang mengaturadalah pimpinan dengan kepemimpinannya yaitu
pimpinan puncak, manajer madya, dan supervise.
5. Mengaturnyaadalah dengan melakukan kegiatan urut-urutan fungsi
manajemen tersebut.[7]
B. FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
Fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan para penulis tidak sama,
tergantung pada sudut pendekatan dan pandangan mereka. Untuk bahan perbandingan
di kemukakan pembagian fungsi-fungsi manajemen pada tabel di bawah ini
FUNSI-FUNGSI MANAJEMEN
G.R. Terry
|
John F.Mee
|
Louis A.Allen
|
MC. Namara
|
1. Planning
2. Organizing
3. Actuating
4. Controlling
|
Planning
Organizing
Motivating
Controlling
|
Leading
Planning
Organizing
controlling
|
Planning
Programming
Budgeting
System
|
Henry Fayol
|
Harold Koontz
Cyril O’Donnel
|
Drs.P.Siagian
|
Prof. Drs. Oey
Liang Lee
|
1. Planning
2. Organizing
3. Commanding
4. Coordinating
5. Controlling
|
Planning
Organizing
Staffing
Directing
Controlling
|
Planning
Organizing
Motivating
Controlling
Evaluation
|
Perencanaan
Pengorganisasian
Pengarahan
Pengkoordinasian
Pengontrolan
|
W.H. Newman
|
Luther Gullick
|
Lyndall F.Urwick
|
John. D.Millet
|
Planning Organizing
Assembling Resources
Directing
Controlling
|
Planning
Organizing
Staffing
Directing
Coordinating
Reporting
Budgeting
|
Forecasting
Planning
Organizing
Commanding
Coordinating
Controlling
|
Directing
Facilitating
|
Jika fungsi manajemen yang dikemukakan para ahli digabungkan maka terdapat
beberapa fungsi yaitu forecasting, planning, termasuk budgeting,
organizing, acting, staffing, atau assembling, facilitating, directing
atau commanding leading, coordinating termasuk system, motivating,
controlling, reporting.[8]
1. Planning
Berbagai batasan
tentang planning dari yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat
rumit.Misalnya yang sederhana saja merumuskan bahwa perencanaan adalah
penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencaan
merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut :
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan ?
2. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan /
3. Di manakah tindakan itu harus dikerjakan ?
4. kapankah tindakan itu harus dikerjakan ?
5. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?
6. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu ?
2. Organizing
Organizing (organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam
cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.
3. Leading
Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu :
1. Mengambil keputusan
2. Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian
antara manajer dan bawahan.
3. Memeberi semangat, inspirasi, dan dorongan
kepada bawahan supaya mereka bertindak.
4. Memilih orang-orang yang
menjadi anggota kelompoknya.
5. Memperbaiki pengetahuan
dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang
ditetapkan.
4. Directing/Commanding
Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan
usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan
dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan
baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
5. Motivating
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen
berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan
kegiatan secara suka rela sesuai apa yang diinginkan oleh atasan.
6. Coordinating
Coordinating atau
pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai
kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan
jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga
terdapat kerja sama yang terarahdalam upaya mencapai tujuan organisasi.
7. Controlling
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah
satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan
koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar
dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.
8. Reporting
Adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau
hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian
dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.
9. Staffing
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia
pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai
dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi.
10. Acting
Acting merupakan
tindakan pelaksana dari rencana yang telah dibuat.Pelaksanaan dilaksanakan jika
fungsi perencanaan sudah matang dibuat pelaksanaan dalam manajemen lebih
dikenal dengan bahasa implementasi dari program.
11. Facilitating
Facilitatingmerupaka kegiatan memfasilitasi karyawan dengan alat atau model
yang dibutuhkan. Fasilitas bias berupa barang atau jasa sesuai kebutuhan
karyawan.
12. Forecasting
Forecasting adalah meramalkan, memproyrksikan, atau mengadakan taksiran
terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rancana yang
lebih pasti dapat dilakukan.
13. Evaluating
Evaluating merupakan fungsi sebelum mengambil tindakan korektif oleh
pimpinan.Fungsi ini dilaksanakan jika dalam organisasi terdapat hal yang harus
dievaluasi.[9]
Berdasarkan beberapa rumusan fungsi manajemen yang dikemukakan oleh para
ahli, menunjukkan ada beberapa kata yang berbeda. Namun demikian, kalau kita
pahami dalam implementasinya pendapat-pendapat tersebut memiliki tujuan yang
sama yaitu agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien
dengan melibatkan berbagai potensi yang ada. Fungsi dan prinsip manajemen
pendidikan membutuhkan keterlibatan semua unsure organisasi baik secara
individu maupun kelompok dibawah wewenang dan koordinasi pimpinan insti tusi
pendidikan.Kepemimpinan pendidikan harus mampu memberdayakan semua sumber daya
pendidikan menuju perbaikan yang terus menerus sesuai dengan tuntutan
masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan.[10]
C. ALIRAN ALIRAN MANAJEMEN
Pemikiran ini berkembang selama Revolusi Industri tatkala bermunculan
masalah-masalah yang berhubungan dengan sistem yang selama ini berlaku di
pabrik. Manajer mengalami ketidakpastian dalam cara bagaimana melatih pekerja.
Kesulitan ini muncul karena Revolusi Industri mendorong imigrasi penduduk
antarnegara, utamanya dari wilayah yang non berbahasa Inggris ke negara-negara
yang berbahasa Inggris.Manajer juga gagap dalam menangani ketidakpuasan pekerja
yang cenderung meningkat.Lalu, mereka mulai menguji sejumlah solusi. Hasilnya,
teori manajemen klasik terbentuk sebagai upaya menemukan cara terbaik untuk
memanajemen dan mengerjakan pekerjaan. Aliran Manajemen Klasik (Classical
School of Management) terdiri atas dua cabang: Aliran Saintifik Klasik dan
Aliran Administrasi Klasik.
1. Aliran Saintifik Klasik (Classical Scientific School)
Aliran ini penekanannya
pada bagaimana menemukan cara terbaik untuk menyelesaikan pekerjaan yang
dilakukan dengan cara menguji bagaimana sesungguhnya proses kerja dilakukan
serta keahlian apa yang dibutuhkan oleh pekerja dalam proses kerja tersebut. Aliran ini banyak berhutang pada sejumlah
pemikir dominan seperti Frederick Taylor, Henry Gantt, serta Frank dan Lillian
Gilbreth.
Aliran Saintifik ini adalah gagasan dasar seputar manajemen
saintifik, yang terdiri atas:
1. Membangun standar-standar baru sehubungan dengan
cara-cara melakukan pekerjaan;
2. Memilih, melatih, dan mengembangkan pekerja
adalah lebih baik ketimbang membiarkan mereka memilih sendiri pekerjaan dan
bagaimana melakukannya.
3. Membangun semangat kerjasama antara pekerja dan
manajemen guna memastikan bahwa pekerjaan telah dilakukan sesuai prosedur.
4. Pembagian kerja yang jelas antara pekerja dan
manajemen di hampir seluruh lini.
2. Aliran Administrasi Klasik (Classical
Administrative School)
Tatkala Aliran Saintifik Klasik fokus pada produktivitas individual
(pekerja), Aliran Administrasi Klasik berkonsentrasi pada organisasi secara
keseluruhan.Penekanannya lebih pada bagaimana menciptakan prinsip-prinsip
manajerial ketimbang cara-cara kerja yang baru.Kontributor pemikiran ini adalah
Max Weber, Henri Fayol, Mary Parker Follett, dan Chester Irving
Barnard.Teoretisi-teoretisi tersebut mempelajari arus informasi di dalam
organisasi dan menekankan pentingnya memahami bagaimana sesungguhnya organisasi
– sebagai keseluruhan– beroperasi.
Max Weber. Akhir
1800-an, Max Weber menyatakan ketidaksukaannya atas kenyataan banyaknya
organisasi-organisasi di Eropa yang dimanajemen ala keluarga pribadi, termasuk
Dinasti Hohenzollern di Jerman. Dalam organisasi-organisasi tersebut, para pekerja hanya setia kepada
supervisor kelompok masing-masing ketimbang organisasi sebagai suatu
keseluruhan.Untuk itu, Weber yakin bahwa organisasi seharusnya dimanajemen
secara impersonal dan harus punya struktur organisasi yang bersifat formal.
Weber juga menekankan pentingnya kepatuhan atas aturan-aturan tertulis dalam
organisasi.Weber menolak untuk menyerahkan otoritas kepada satu personalitas
(individu).Baginya, otoritas seharusnya merupakan sesuatu yang berbaur dengan
pekerjaan seseorang bukan kepada pribadi. Otoritas pun harus dapat secara mudah
dipindahkan dari orang yang satu ke orang lainnya. Organisasi yang non personal
dan berbentuk obyektif ini disebut birokrasi.
Weber yakin bahwa seluruh birokrasi punya karakteristik berikut:
·
Hirarki yang Disusun Baik. Seluruh posisi dalam birokrasi dibagi dengan
cara yang memungkinkan posisi yang lebih tinggi mengawasi dan mengendalikan
posisi yang lebih rendah. Rantai komando tegas ini memungkinkan kontrol manajerial atas organisasi
secara keseluruhan.
·
Pembagian Kerja dan Spesialisasi.Seluruh
pertanggungan jawab dalam organisasi dirinci sehingga setiap pekerja punya
kebebasan melakukan tugas-tugas tertentu karena jelas aturannya.
·
Aturan dan Perundangan. Prosedur operasi standar
harus mengatur seluruh kegiatan organisasi untuk menyediakan kepastian dan
menjamin terlaksananya koordinasi.
·
Hubungan Impersonal Manajer dan Pekerja. Manajer
harus memelihara hubungan impersonal dengan pekerja sehingga favoritisme dan
penilaian subyektif tidak mempengaruhi pembuatan keputusan.
·
Kompetensi. Kompetensi, bukan siapa yang anda kenal, harus menjadi dasar
seluruh keputusan dalam kontrak kerja, penempatan, dan promosi dalam rangka
meningkatkan kemampuan kerja dan merit system selaku karakteristik utama dalam
organisasi birokrasi.
·
Dokumentasi. Birokrasi perlu memelihara dokumen
mereka secara lengkap atas segala aktivitasnya agar ketika masalah muncul,
preseden mudah ditemukan.
Henri Fayol. Insinyur pertambangan Perancis ini merinci 14 prinsip
manajemen seperti telah dimuat dalam tulisan sebelumnya.Prinsip-prinsip ini
memungkinkan manajemen modern saat ini memperoleh pedoman seputar bagaimana
supervisor mengorganisir departemennya dan memanajemen stafnya secara seharusnya.Kendati
riset di masa kemudian menolak beberapa di antara gagasannya, umumnya
prinsip-prinsip Fayol masih digunakan secara luas dalam teori-teori manajemen.
Mary Parker Follett.Ia menekankan pentingnya menetapkan tujuan bersama bagi
para pekerja di dalam organisasi. Follett punya pendapat berbeda dengan
teoretisi lainnya yang cenderung memandang kegiatan manajemen secara
mekanik.Follett merupakan pionir dalam pembicaraan mengenai etika, kuasa, dan
kepemimpinan dalam dunia manajemen.Ia mendorong manajer agar mengizinkan
pekerja berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan. Follett menekankan
pentingnya faktor manusia ketimbang teknik-teknik pekerjaan. Hasilnya, ia
menjadi pionir pemihakan atas pekerja dan kerap dianggap sepele oleh sarjana
manajemen di masanya. Namun, waktu berubah, dan gagasan inovatif dari masa lalu
tiba-tiba dimaknai secara baru.Banyak yang para manajer lakukan sekarang
didasarkan pada dasar-dasar yang telah Follett bangun 70 tahun silam.
Chester Irving Barnard.Barnard adalah presiden New Jersey Bell Telephone
Company.Ia memperkenalkan gagasan “organisasi informal.” Organisasi informal
adalah klik (kelompok di dalam organisasi, bersifat eksklusif) yang secara
alami terbentuk di dalam organisasi.Ia menganggap organisasi informal ini punya
peran besar dalam fungsi komunikasi dalam organisasi. Mereka sesungguhnya dapat
membantu organisasi mencapai tujuan.
Secara khusus, Barnard merasakan pentingnya manajer membangun semangat
tujuan bersama di mana kehendak bekerjasama dapat didorong secara maksimal.
Barnard dianggap pembangun teori “manajemen dengan persetujuan,” yang
menekankan manajer hanya memiliki kewenangan yang legitimate untuk bertindak
tatkala pekerja telah menyetujui kewenganangan tersebut. Bagi Barnard, 4 faktor
berikut mempengaruhi keinginan pekerja untuk menerima otoritas:
1. Pekerja telah memahami proses komunikasi di dalam organisasi;
2. Pekerja menyetujui bahwa komunikasi yang dikembangkan
konsisten dengan tujuan organisasi;
3. Pekerja merasakan bahwa tindakan mereka konsisten dengan
kebutuhan dan keinginan para pekerja lainnya; dan
4. Pekerja merasa bahwa mereka secara mental dan fisik mampu
melaksanakan perintah.
Simpati Barnard bagi pemahaman atas kebutuhan pekerja menempatkan dirinya
selaku jembatan penghubung antara aliran manajemen klasik dengan teori
manajemen perilaku.
3. Teori Manajemen Perilaku (Behavioral
Management Theory)
Penekanan pemikiran
manajemen pasca aliran klasik ada di seputar interaksi dan motivasi individu di
dalam organisasi.Prinsip-prinsip manajemen selama periode klasik kurang mampu
menyesuaikan diri dengan aneka situasi berbeda yang berkembang di sekeliling
organisasi.Aliran tersebut juga dianggap kurang mampu menjelaskan munculnya
perilaku pekerja yang beragam dalam menjalankan pekerjaan.Singkatnya, aliran
klasik dianggap telah mengabaikan motivasi dan perilaku tumbuh di dalam diri
pekerja.Hasilnya, muncul aliran perilaku (behavioral).
Teori manajemen behavioral kerap disebut gerakan hubungan manusia akibat ia
menekankan pentingnya dimensi manusia dalam pekerjaan. Teoretisi behavioral
yakin bahwa pemahaman yang lebih baik atas perilaku manusia saat mereka
bekerja, seperti motivasi, konflik, harapan, dan dinamika kelompok, akan
meningkatkan produktivitas organisasi.
Elton Mayo. Kontribusi Mayo berawal dari Hawthorne Studies.Mayo dan
rekannya F. J. Roethlisberger menyimpulkan bahwa peningkatan produksi merupakan
hasil pengawasan supervisor ketimbang perubahan pencahayaan ruangan atau
fasilitas-fasilitas lain yang bersifat fisik bagi pekerja. Supervisor yang
mampu memahami apa yang sesungguhnya diinginkan pekerja, diyakini akan mampu
meningkatkan motivasi dan produktivitas mereka. Kesimpulan pokok dari Hawthorne
Studies adalah, hubungan antarmanusia dan kebutuhan sosial pekerja adalah aspek
kunci bagi manajemen.Konsep motivasi dalam diri manusia ini mendorong munculnya
teori dan praktek manajemen yang revolusioner.
Abraham Maslow. Seorang psikolog, membangun apa yang kemudian dikenal
sebagai Teori Kebutuhan. Teori kebutuhan adalah teori motivasi kerja yang
didasarkan pada kebutuhan umum manusia. Teori Maslow punya 3 asumsi:
1.Kebutuhan manusia tidak akan pernah terpuaskan;
2.Perilaku manusia punya tujuan dan dimotivasi oleh kebutuhan untuk
merasakan kepuasan; dan
3.Kebutuhan dapat diklasifikasi menurut struktur hirarki dari yang
terpenting, yaitu dari bawah (dasar) hingga yang lebih kemudian.
4. Aliran Manajemen Kuantitatif
Selama Perang Dunia II, matematikawan, fisikawan, serta ilmuwan ilmu-ilmu
pasti lainnya menggabungkan diri ke dalam bidang kemiliteran untuk melawan
aliansi Jerman, Jepang, dan Italia. Aliran manajemen kuantitatif adalah hasil
dari riset manajemen yang diadakan selama Perang Dunia II tersebut. Pendekatan
kuantitatif atas manajemen melibatkan penggunaan teknik-teknik
kuantitatif-matematika seperti statistik, model informasi, dan simulasi
komputer untuk memprediksi proses pembuatan keputusan. Aliran ini punya
beberapa cabang.
1. Manajemen
Sains
Aliran manajemen sains muncul menyikapi masalah yang
berhubungan dengan perang global.Kini, pandangan Manajemen Sains mendorong
manajer menggunakan matematika, statistik, dan teknik kuantitatif lainnya untuk
membuat keputusan. Manajer dapat menggunakan model komputer untuk menggambarkan
cara terbaik, misalnya menghemat uang dan waktu, dalam suatu proses produksi.
Manajer menggunakan sejumlah aplikasi sains berikut:
1. Matematika terapan membantu membuat proyeksi
hal-hal penting dalam proses perencanaan.
2. Model inventory mengendalikan inventaris dan
pengorderan barang secara matematis.
3. Selain Manajemen Sains, juga terdapat Manajemen Operasi.
2. Manajemen
Operasi
Manajemen operasi adalah cabang kecil dari
pendekatan kuantitatif dalam manajemen. Fokusnya pada bagaimana memanajemen
proses pengubahan material, tenaga kerja, dan modal menjadi output (jasa dan
barang) yang punya manfaat dan nilai jual. Manajemen operasi fokus pada
pencarian metode paling efektif yang digunakan oleh organisasi untuk
memproduksi manufaktur ataupun jasa. Sumber daya input atau faktor produksi,
termasuk ragam bahan mentah, teknologi, modal informasi, dan orang yang
dibutuhkan guna menciptakan produk akhir, didayagunakan secara lebih efektif
untuk meningkatkan produktivitas.
Manajemen operasi saat ini memberi perhatian
khusus pada tuntutan kualitas, layanan pelanggan, dan persaingan. Proses
diawali dengan perhatian pada kebutuhan konsumen: Apa yang sesungguhnya
konsumen inginkan? Di mana mereka menginginkannya?Kapan mereka
menginginkannya?Berdasar jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, manajer
baru mengerahkan sumber daya dan mengambil tindakan untuk memenuhi harapan
pelanggan.
3. Sistem
Informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah salah
satu bidang aliran kuantitatif.SIM mengorganisir masa lalu, masa kini, dan
melakukan proyeksi data, baik dari sumber internal maupun eksternal, untuk
diolah menjadi informasi yang bermanfaat.Informasi tersebut tersedia bagi para
manajer di aneka level.SIM juga memungkinkan pengorganisasian data ke dalam
format yang bermanfaat dan mudah diakses.Hasilnya, manajer dapat mengenali
pilihan-pilihan keputusan secara cepat, mengevaluasi alternatif menggunakan
program pengolah angka, simulasi jika-begini-maka-begitu, dan akhirnya, memilih
alternatif terbaik berdasar jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
5. Aliran Manajemen Kontijensi (Situasional)
Aliran manajemen kontijensi dapat dirangkum sebagai pendekatan semua
tergantung pada. Tesisnya, suatu tindakan manajemen yang akan diterapkan serta
pendekatan yang digunakan dalam tindakan tersebut sepenuhnya bergantung pada
situasi. Sebab itu, manajemen kontijensi juga disebut aliran manajemen
situasional. Aliran ini muncul sebagai hasil riset tahun 1960-an dan 1970-an
dan sekaligus merupakan reaksi penolakan atas aliran saintifik. Riset-riset
tersebut fokus pada faktor-faktor situasional yang mempengaruhi struktur dan
gaya kepemimpinan organisasi di aneka situasi berbeda.
Bagi aliran kontijensi,
perubahan lingkungan, ketidakmenentuan zaman, perubahan teknologi kerja, dan
peningkatan/penurnan ukuran perusahaan, merupakan faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi efektivitas manajerial di aneka bentuk organisasi. Menurut aliran ini, kondisi-kondisi yang
merupakan asumsi dasar aliran saintifik seperti lingkungan yang stabil,
sentralisasi, standardisasi, dan spesialisasi guna mencapai efisiensi dan
konsistensi, telah usai.Era stabilitas, kepastian, prediktabilitas, yang
memungkinkan diterapkannya kebijakan, aturan, dan prosedur-prosedur tetap
seperti diasumsikan oleh Aliran Saintifik kini sudah tidak ada lagi.Aliran
kontijensi mengasumsikan lingkungan yang mengelilingi kehidupan organisasi
penuh dengan ketidakpastian.
Aliran kontijensi yang
berkembang di lingkungan tak stabil menghendaki desentralisasi untuk menjamin
terwujudnya fleksibilitas dan adaptabilitas organisasi.Ketidakmenentuan dan
ketidakterukuran membutuhkan metode penyelesaian masalah yang sifatnya non
rutin, atau situasional.
Aliran kontijensi diwakili oleh Paul Lawrence and Jay Lorsch dalam karyanya
Organizations and Environment: Managing Differentiation and Integration yang
terbit tahun 1967. Dalam karya tersebut, Lawrence and Lorsch berpendapat bahwa
unit-unit organisasi yang bergerak dalam lingkungan berbeda cenderung
mengembangkan karakteristik unit yang juga berbeda.Semakin besar perbedaan
internal di antara mereka, semakin besar pula kebutuhan koordinasi antar unit
tersebut.
Joan Woodward dalam karyanya Industrial Organization: Theory and Practice
yang terbit tahun 1965 juga menemukan fakta organisasi manufaktur yang sukses
secara finansial serta menggunakan aneka jenis teknologi kerja ternyata
memiliki perbedaan sehubungan dengan jumlah tingkatan manajemen, perluasan
manajemen, dan derajat spesialisasi para pekerjanya. Ia menghubungkan perbedaan
dalam organisasi untuk mengembangkan performa kerja dan berpendapat bahwa
bentuk-bentuk organisasi tertentu hanya cocok bagi tipe teknologi kerja
tertentu.
6. Aliran Manajemen Kualitas (Quality School of
Management)
Aliran Manajemen Kualitas adalah konsep menyeluruh seputar leading dan
operating suatu organisasi.Ia dimaksudkan untuk meningkatkan performa kerja
organisasi secara terus-menerus dengan fokus pada customer seraya sensitif
terhadap kepentingan para stake holder. Dengan kata lain, Manajemen Kualitas
fokus pada bagaimana cara mengorganisasi secara total untuk menciptakan
pelayanan terbaik pada pelanggan.
Perbedaan Manajemen
Kualitas dengan aliran-aliran sebelumnya terdapat dalam masalah sikap manajemen
terhadap produk dan pekerja.Aliran sebelumnya fokus pada volume produksi dan
biaya produksi.Manajemen Kualitas diarahkan lewat serangkaian tindakan
pencegahan, misalnya memastikan kualitas terjadim dalam tiap-tiap tahapan
pekerjaan. Jika muncul masalah, maka ia
diselesaikan oleh suatu tim. Setiap orang harus bertanggung jawab atas kualitas
produk.Peran manajemen adalah mendelegasikan, melatih, memfasilitasi, dan
membimbing pekerja. Prinsip utama Manajemen Kualitas adalah : kualitas, kerja
tim, dan manajemen yang proaktif demi proses peningkatan kinerja yang menjamin
kepuasan pelanggan.
D. MANAJEMEN MENURUT ISLAM
Ramayulis (2008:362) menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat
manajemen adalah al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan direvasi dari kata dabbara (mengatur) yang
banyak terdapat dalam Al Qur’an seperti firman Allah SWT :
يُدَبِّرُ اْلأَمْرَ
مِنَ السَّمَآءِ إِلَى اْلأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ
مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةِ مِّمَّا تَعُدُّونَ
Artinya : Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu
naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu (Al Sajdah : 05).
Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah
pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti
kebesaran Allah swt dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang
diciptakan Allah SWT telah dijadaikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus
mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam
raya ini.
Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan
aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif
dengan melalui orang lain (Robbin dan Coulter, 2007:8).
Sedangkan Sondang P Siagian (1980:5) mengartikan manajemen sebagai
kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai
tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.
Bila kita perhatikan
dari kedua pengertian manajemen di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa
manajemen merupkan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan
orang lain dan bekerjasama dengannya, agar tujuan bersama bisa dicapai secara
efektif, efesien, dan produktip. Sedangkan Pendidikan Islam merupakan proses transinternalisasi nilai-nilai
Islam kepada peserta didik sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan dan
kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Dengan demikian maka yang disebut dengan manajemen pendidikan Islam
sebagaimana dinyatakan Ramayulis (2008:260) adalah proses pemanfaatan semua
sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik
perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama
dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.
Manajemen modern yang
berasal dari Barat cenderung mengasingkan manusia dari manusia di
sekitarnya.Manajemen modern juga menganggap tenaga kerja merupakan faktor
produksi belaka sehingga menciptakan manusia-manusia yang semakin hari semakin
terasing dari kodratnya sebagai manusia sosial.Manajemen modern menghasilkan
manusia-manusia yang bekerja sampai larut malam tanpa ada lagi kesempatan untuk
berkumpul dengan keluarga atau melaksanakan kehidupan sosial dengan masyarakat
di sekitarnya.
Melihat perkembangan tersebut, para pakar manajemen mencoba menggali dan
mencari referensi-referensi konsep dan ide manajemen berdasarkan nilai-nilai
yang terkandung dalam sumber-sumber Islam. Menurut Ketua Dewan Penasihat
Majelis Ulama Indonesia, Prof KH Ali Yafie, dalam Islam manajemen dipandang
sebagai perwujudan amal sholeh yang harus bertitik tolak dari niat baik. Niat
baik tersebut akan memunculkan motivasi aktivitas untuk mencapai hasil yang
bagus demi kesejahteraan bersama.
Ada empat landasan untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan Islam,
yaitu: kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian. Seorang manajer harus
memiliki empat sifat utama itu agar manajemen yang dijalankannya mendapatkan
hasil yang maksimal.Yang paling penting dalam manajemen berdasarkan pandangan
Islam adalah harus ada jiwa kepemimpinan.Kepemimpinan menurut Islam merupakan
faktor utama dalam konsep manajemen.
Manajemen menurut
pandangan Islam merupakan manajemen yang adil.Batasan adil adalah pimpinan
tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tidak merugikan pimpinan maupun
perusahaan yang ditempati.Bentuk penganiayaan yang dimaksudkan adalah
mengurangi atau tidak memberikan hak bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja
melebihi ketentuan.Seyogyanya kesepakatan kerja dibuat untuk kepentingan
bersama antara pimpinan dan bawahan.Jika seorang manajer mengharuskan
bawahannya bekerja melampaui waktu kerja yang ditentukan, maka sebenarnya
manajer itu telah mendzalimi bawahannya.Dan ini sangat bertentangan dengan
ajaran agama Islam.
Mohammad Hidayat, seorang konsultan bisnis syariah, menekankan pentingnya
unsur kejujuran dan kepercayaan dalam manajemen Islam. Nabi Muhammad SAW adalah
seorang yang sangat terpercaya dalam menjalankan manajemen bisnisnya. Manajemen
yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, adalah menempatkan manusia bukan sebagai
faktor produksi yang semata diperas tenaganya untuk mengejar target produksi.
Nabi Muhammad SAW mengelola (manage) dan mempertahankan (mantain)
kerjasama dengan stafnya dalam waktu yang lama dan bukan hanya hubungan sesaat.
Salah satu kebiasaan Nabi adalah memberikan reward atas kreativitas dan
prestasi yang ditunjukkan stafnya.
Menurut Hidayat, manajemen Islam pun tidak mengenal perbedaan perlakuan (diskriminasi)
berdasarkan suku, agama, atau pun ras. Nabi Muhammad SAW bahkan pernah
bertransaksi bisnis dengan kaum Yahudi.Ini menunjukkan bahwa Islam menganjurkan
pluralitas dalam bisnis maupun manajemen.Hidayat mengungkapkan, ada empat pilar
etika manajemen bisnis menurut Islam seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad
SAW.
1. Pilar pertama, tauhid artinya
memandang bahwa segala aset dari transaksi bisnis yang terjadi di dunia adalah
milik Allah, manusia hanya mendapatkan amanah untuk mengelolanya.
2. Pilar kedua, adil artinya segala keputusan menyangkut
transaksi dengan lawan bisnis atau kesepakatan kerja harus dilandasi dengan
akad saling setuju.
3. Pilar ketiga, adalah kehendak bebas artinya manajemen Islam
mempersilahkan umatnya untuk menumpahkan kreativitas dalam melakukan transaksi
bisnisnya sepanjang memenuhi asas hukum ekonomi Islam, yaitu halal.
4. Keempat adalah pertanggungjawaban artinya Semua keputusan
seorang pimpinan harus dipertanggungjawabkan oleh yang bersangkutan.
Keempat pilar tersebut
akan membentuk konsep etika manajemen yang fair ketika melakukan
kontrak-kontrak kerja dengan perusahaan lain atau pun antara pimpinan dengan bawahan.
HJM Anowar, konsultan manajemen internasional, melihat ciri manajemen
Islami adalah amanah. ''Jabatan merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan
kepada Allah,'' katanya.
Seorang manajerharus memberikan hak-hak orang lain, baik mitra bisnisnya
ataupun karyawannya. ''Pimpinan harus memberikan hak untuk beristirahat dan hak
untuk berkumpul dengan keluarganya kepada bawahannya.Ini merupakan nilai-nilai
yang diajarkan manajemen Islam,''.
Ciri lain manajemen Islami yang membedakannya dari manajemen ala Barat
adalah seorang pimpinan dalam manajemen Islami harus bersikap lemah lembut
terhadap bawahan. Contoh kecil seorang manajer yang menerapkan kelembutan dalam
hubungan kerja adalah selalu memberikan senyum ketika berpapasan dengan
karyawan karena senyum salah satu bentuk ibadah dalam Islam dan mengucapkan
terima kasih ketika pekerjaannya sudah selesai.Namun kelembutan tersebut tidak
lantas menghilangkan ketegasan dan disiplin.Jika karyawan tersebut melakukan
kesalahan, tegakkan aturan.Penegakkan aturan harus konsisten dan tidak pilih
kasih.
Untuk aspek
keadilannya, Anowar menekankan pentingnya reward control dalam suatu hubungan
kerja.''Islam mengajarkan kita harus bersyukur kepada manusia sebelum bersyukur
kepada Allah,'' ujarnya.Artinya, seorang karyawan yang berprestasi tinggi
mendapat penghargaan khusus.Bentuk penghargaan bukan hanya berupa materi, tapi
juga berupa perhatian.Berapa diantara manajer yang ada di Indonesia yang
mengetahui tanggal lahir karyawannya terdekatnya?Selain itu, setiap pekerjaan
harus dilandasi dengan niat yang baik. Karena, niat baik akan menuntun kita melakukan pekerjaan dengan baik untuk
hasil yang baik pula. ''Islam mengajarkan sesuatu harus diawali dengan niat
baik,''.
E. KENAPA PERLU MANAJEMEN
Dari beberapa pandangan terhadap manajemen, dapat disimpulkan ada tiga alasan mendasar,
mengapa manajemen diperlukan, yaitu :
1. Untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen dibutuhkan untuk
mencapai tujuan organisasi dan juga tujuan individu yang ada dalam organisasi
tersebut.
2. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan.
Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan,
sasaran dan kegiatan yang bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan
dengan organisasi, seperti ; pimpinan, pegawai, pelanggan, serikat kerja,
masyarakat, pemerintah (pemerintah daerah), dll.
3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Efisiensi
adalah kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan benar, sedangkan efektivitas
merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat
untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
Sumber Daya Manusia, sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
Adapun unsur-unsur
manajemen itu terdiri atas 6 M yakni Man, Money, Methode, Machines, Materials,
dan Market.Pada dasarnya fungsi manajemen adalah Perencanaan, Pengorganisasian
dan Evaluasi. Namun terdapat berbagai perbandingan dari para Ahli yang merujuk
pada tujuan yang sama yakni tercapainya mutu pendidikan nasional.
Maka keefektifan aktivitas
manajemen dapat di pahami dari keefektifan perencanaan, pengorganisasian,
pergerakan dan pengawasan. Selain itu, manajemen merupakan proses yang
mengintegrasikan sumber- sumber yang semula tidak berhubungan satu dengan yang
lainnyamenjadi suatu system yang menyeluruh untuk mencapai tujuan organisasi.
Lebih lanjut bahwa
Manajemen Pendidikan Islam merupakan suatu proses pengelolaan lembaga
pendidikan islam secara islami dengan cara menyiasati sumber-sumber belajar dan
hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan islam secara efektif
dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Apriliya, Seni.2007.“Manajemen
Sekolah Untuk Menciptakan Iklim Yang Kondusif”. Jakarta ________:Visindo
Media Persada.
Badarudin M. Ag,2013. “Dasar-dasar Manajemen“
.Bandung Alfabeta.
Nurdin, Diding. (2007).”Manajemen Pendidikan “.Dalam Ali,M.,Ibrahim,R.,
Sukmadinata ________,NS.,Sudjana,D., dan Rasjidin , W (penyunting) Ilmu
Dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana press.
Qomar, Mujamil. “Manajemen Pendidikan Islam”.Jakarta :Erlangga.
Rachim, Abd’.2008.”Manajemen
Produksi” Jakarta: Perca.
SP Hasibuan, Malayu. 2009.”Manajemen
Sumber Daya Manusia”. Jakarta: Bumi Aksara.
Widiarti dan Suranto. 2009. “Konsep
Mutu Dalam Pendidikan Vokasi”. Semarang: Sindur ________press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar