Selasa, 14 Oktober 2014

MAKALAH KATALOGISASI



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG        

Katalog adalah daftar barang yang berada pada suatu tempat. Dengan demikian katalog perpustakaan adalah daftar bahan pustaka yang ada dalam perpustakaan. Sebaliknya, bibliografi adalah daftar bahan pustaka yang terkumpul dalam bidang tertentu, tetapi tidak harus berada di satu tempat.
Untuk menyampaikan kepada pemakai bahan pustaka apa yang dimiliki perpustakaan, disediakan katalog yang mencatat ciri masing-masing bahan pustaka yang diperlukan untuk mengindenfikasikannya dan membedakan satu bahan pustaka dari yang lain.
Untuk mencari kembali bahan pustaka tertentu dalam koleksi perpustakaan, katalog merupakan alat pencari yang terpenting. Akan sulit sekali, bahkan mustahil, untuk menggunakan perpustakaan yang sedang besarnya tanpa ada katalog. Dapat dikatakan bahwa katalog perpustakaan merupakan kunci untuk menemukan bahan pustaka dalam koleksi perpustakaan.



B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Pentingnya katalog perpustakaan
2. Katalog dapat mempermudah kita dalam menjalankan perpustakaan
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN KATALOG

         Perpustakaan sebagai suatu system informasi berfungsi menyimpan pengetahuan dalam berbagai bentuk serta pengaturannya sedemikian rupa, sehingga informasi yang diperlukan dapat ditemukan kembali dengan cepat dan tepat. Untuk itu informasi yang ada di perpustakaan perlu diproses dengan system katalogisasi.
        Katalog berasal dari bahasa Latin “catalogus” yang berarti daftar barang atau benda yang disusun untuk tujuan tertentu. Contoh katalog dalam pengertian umum adalah Sophie Martin Le Catalogue.
Beberapa definisi katalog menurut ilmu perpustakaan dapat disebutkan sbb :
1. Katalog berarti daftar berbagai jenis koleksi perpustakaan yang disusun menurut sistem tertentu
2. Katalog perpustakaan merupakan suatu rekaman atau daftar bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan atau beberapa perpustakaan yang disusun menurut aturan dan sistem tertentu
       Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa katalog merupakan daftar dari koleksi perpustakaan atau beberapa perpustakaan yang disusun secara sistematis, sehingga memungkinkan pengguna perpustakaan dapat mengetahui dengan mudah koleksi apa yang dimiliki oleh perpustakaan dan dimana koleksi tersebut dapat ditemukan.
       Katalogisasi atau pengatalogan adalah proses pembuatan katalog dimana dalam katalog dicantumkan data penting yang terkandung dalam bahan pustaka, baik ciri fisik maupun isi intelektual, seperti nama pengarang, judul buku, penerbit dan subyek.

Perpustakaan mempunyai bentuk fisik katalog yang bermacam-macam:
1) Katalog Kartu (Card Catalog) ukuran 7,5 cm x 12,5 cm
2) Katalog Berkas (Sheaf Catalog) ukuran 10 cm x 20 cm
3) Katalog Cetak atau Katalog Buku (Printed Catalog)
4) Katalog OPAC (Online Public Access Catalog)
Ada tiga jenis pekerjaan yang diperlukan dalam proses pembuatan katalog, yaitu:
1.      Pembuatan deskripsi fisik dari bahan pustaka itu
2.      Penentuan subyek yang dibahas dalam buku itu
3.      Penyusunan kartu-kartu dalam katalog
Pembuatan katalog dalam perpustakaan tidak terbatas pada buku atau barang cetak saja. Juga untuk barang pandang-dengar atau barang peraga seperti peta, mikrofilm, film. Filmstrip, slide tape, video cassette, computer tape, untuk semua barang peraga ini yang sekarang termasuk koleksi perpustakaan yang modern, dapat digunakan dasar konsep mengkatalog yang sama dengan mengkatalog untuk buku, meskipun informasi yang dicari berbeda. Dalam buku ini, pembahasan dibatasi pada buku dan beberapa jenis barang peraga.
Dengan katalog yang disusun dengan baik, mestinya bahan dapat ditemukan kembali, kalau di ketahui salah satu dari tiga unsur berikut ini, yaitu: nama pengarang, judul atau subyek yang dibahas. 
             Ada beberapa hal yang selalu perlu diperhatikan dalam menyusun katalog, yaitu:
a.       Katalog harus dibuat dengan cara yang seragam
b.      Syarat yang telah ditetapkan harus selalu ditaati
c.       Ketelitian dalam setiap langkah pekerjaan harus diperhatikan

1.      BENTUK KATALOG KARTU
Katalog berbentuk kartu adalah jenis katalog yang paling praktis untuk perpustakaan. Tambahan atau perbaikan dapat dikerjakan dengan mudah dengan menambahkan atau mengganti kartu-kartu, sehingga tidak perlu diulang seluruh pekerjaan yang sudah ada.
Kartu katalog sebaiknyadibuat dari karton putih tanpa garis, berukuran 7 ½ x 12 ½ cm. karton ini tidak boleh terlalu tebal dank eras, dan hendaknya dipilih bahan yang lemas, tipis tetapi kuat. Jika digunakan komputer saja tanpa catalog kartu, pembuatan deskripsi dan penentuan subyek masih harus dilakukan, namun tidak lagi pembuatan kartu katalog dan penyusunannya.
Kartu katalog disusun dalam laci dan ditusuk dengan tongkat dibagian tengah bawahnya yang sudah diberi lubang. Demikian dapat dicegah pembaca mengangkat kartu itu dari tempatnya dan meletakkan di tempat lain dalam laci itu. Laci-laci itu hendaknya jangan terlalu padat diisi kartu, sehingga sukar untuk menggerakannya, tetapi jangan pula terlalu kosong (longgar), sehingga kartunya berjatuhan.
Tiap-tiap laci diberi etiket, menunjukkan dengan terang apa isi laci tersebut. Misalnya etiket yang bertuliskan “Aar-Fui” menunjukkan bahwa kartu yang ada di dalamnya dimulai dengan huruf Aar sampai ke Fui.
Antara kartu-kartu yang memuat deskripsi, disusun kartu penunjuk untuk menunjukkan di mana huruf baru dimulai atau menunjukkan perihal buku (lihat gambar 18-19). Angka atau subyek dicatat pada bagian kartu yang lebih tinggi, menonjol dari kartu lain. Dapat pula kartu penunjuk dibuat berwarna lain.
Kartu katalog itu lebih baik ditik daripada ditulis, supaya rapi dan seragam. Jika ditulis dengan tangan, tidak akan rapi, apalagi jika dikerjakan oleh beberapa orang. Perlu diperhatikan kartu lurus masuknya ke dalam mesin tik dan ditik dengan jarak antara garis sebanyak satu spasi.

2.       SUSUNAN KATALOG
Susunan katalog yang paling banyak dikerjakan di Indonesia adalah menurut nama pengarang: penyusunan macam ini disebut katalog pengarang. Dalam katalog pengarang selain dari kartu entri utama, disusun pula kartu nama pengarang kedua dan ketiga, penggambar, penerjemah dsb. Penyusunan menurut subyek, disebut katalog sistematis, jika subyek itu disusun berdasarkan suatu system klasifikasi tertentu. Suatu cara lain adalah penyusunan menurut abjad dari istilah-istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan subyek buku, yaitu katalog subyek. Ada lagi macam katalog yang disusun menurut judul buku, disebut katalog judul.
     Di Amerika Serikat banyak dipergunakan orang cara menyusun katalog yang sebenarnya merangkap tiga macam katalog (katalog pengarang, katalog judul dan katalog subyek) yang disusun dalam satu urutan abjad. katalog ini disebut “dictionary catalog”
Ada lagi satu jenis susunan kartu yang disebut “shelflist” yang khusus untuk pekerjaan intern saja. Susunan kartu dalam shelflist ini sama dengan letak buku pada rak (shelf = papan;list = daftar-daftar susunan pada papan), dan susunan menurut tanda buku.
Shelflist ini mutlak harus ada, jika digunakan catalog subyek yang tidak disusun berdasarkan tanda buku. Jumlah kartu yang perlu dibuat dari setiap buku tergantung dari macam katalog  yang dipergunakan, dan berlainan untuk setiap buku. Pertama dibuatkan kartu entri utama. tambahan dapat berupa kartu pengarang kedua dan ketiga, ilustrator, kartu subyek, kartu subyek tambahan, kartu judul dan kartu untuk shelflist.
B. TUJUAN DAN FUNGSI KATALOG
Tujuan katalogisasi menurut Carles Ammi Cutter bahwa tujuan katalog perpustakaan adalah :
a. Memberikan kemungkinan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui berdasarkan pengarang, judul buku dan subyeknya
b. Menunjukan buku yang dimiliki perpustakaan dari pegarang tertentu, berdasarkan subyek tertentu, dan dalam literatur tertentu
c. Membantu dalam pem
ilihan buku berdasarkan edisinya atau berdasarkan karakternya
Adapun fungsi dari pembuatan katalog adalah untuk mempermudah pencarian buku dalam perpustakaan berdasarkan pengarang, judul dan subyek.
Selain hal diatas, fungsi dari katalog juga dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Mempermudah penyalinan katalog
Fungsi katalog dalam mempermudah penyalinan katalog (copy cataloguing) bukan ditujukan untuk kepentingan pengguna perpustakaan secara langsung, melainkan untuk kepentingan para pustakawan khususnya pengkatalog dan pengklasir. Dengan adanya katalog memungkinkan pengkatalog dan pengklasir menyalin, mengkopi, atau mengunduh data bibliografi yang sudah ada dalam katalog tersebut. Dengan demikian sebuah buku atau bahan pustaka lainnya tidak perlu dibuat katalognya secara berulang-ulang oleh setiap perpustakaan apabila katalognya sudah tersedia di katalog, tentunya dengan beberapa penyesuaian apabila diperlukan. Copy cataloguing juga memungkinkan untuk meng ”upload” katalog seandainya buku yang akan dibuat katalognya itu tidak ada dalam katalog. Dengan cara demikian akan sangat menghemat biaya, tenaga dan waktu dan akan mempercepat pemprosesan bahan pustaka serta pada gilirannya akan meningkatkan pelayanan kepada pengguna perpustakaan.
2. Mendukung pengawasan bibliografi
Pengawasan bibliografi adalah konsep dan mekanisme untuk mengetahui semua terbitan buku dalam suatu kawasan pada suatu kurun waktu tertentu, baik dalam suatu negara atau suatu regional atau tingkat internasional. Dengan prinsip ini, dapat diketahui jenis, jumlah dan judul buku apa saja yang sudah diterbitkan dalam suatu daerah tertentu pada masa tertentu ( Abdul Rahman Saleh dkk., 2005).
Fungsi katalog dalam mendukung pengawasan bibliografi sebetulnya merupakan fungsi yang harus dilaksanakan oleh Perpustakaan Nasional. Perpustakaan Nasional dalam melaksanakan pengawasan bibliografi biasanya dengan mekanisme pemberian ISBN (International Standard Book Number) dan menerapkan Undang-Undang tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam serta dengan cara mengumpulkan bahan rujukan berupa bibliografi atau indeks. Katalog dapat mendukung terlaksananya pengawasan bibliografi secara efektif.
Dalam konteks karya ilmiah perguruan tinggi, katalog induk dapat pula difungsikan sebagai alat bantu pengawasan bagi dosen pembimbing atau peneliti. Dosen pembimbing skripsi, tesis atau desertasi dapat dengan mudah mengetahui apakah karya tulis yang dibuat mahasiswanya itu asli atau tidak. Begitu juga para peneliti akan sangat mudah mengetahui apakah penelitian yang akan dilakukan sudah pernah diteliti orang lain atau belum. Dengan demikian pengulangan penelitian akan dapat dihindari.
3. Menupang silang layang
Di dunia ini tidak ada pengelola perpustakaan yang berani mengatakan bahwa perpustakaannya adalah perpustakaan yang lengkap. Berapa jumlah informasi yang terbit setiap hari ? Saya belum menemukan data tentang jumlah terbitan buku diseluruh dunia, namun yang pasti adalah sangat banyak. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Abdul Rahman Saleh dkk. disebutkan bahwa di Indonesia selama tahun 2002 jumlah buku yang diterbitkan adalah sebanyak 6.656 judul. Ini baru buku yang terbit di Indonesia belum termasuk yang terbit di negara-negara lain. Kalau ada pustakawan yang menyatakan bahwa perpustakaannya mempunyai koleksi yang lengkap, betapa besar dana yang dibutuhkan untuk pengembangan koleksinya. Hal ini nampaknya sulit untuk direalisasikan.
Disisi lain kebutuhan informasi perpustakaan khususnya pengguna meningkat terus seiring dengan cepatnya perkembangan informasi dan teknologi. Untuk mengatasi persoalan tersebut perpustakaan sebaiknya menyelenggarakan kegiatan silang layang. Katalog mempunyai peran penting dalam kegiatan silang layang. Dengan mengakses melalui katalog induk, pengguna perpustakaan akan mudah mengetahui dimana informasi yang dicari itu berada dan bagaimana cara untuk mendapatkannya.
C. Garis besar kegiatan pengatalogan
Kegiatan pengatalogan secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kegiatan :
1)      Pengatalogan deskriptif, yang bertumpu pada fisik bahan pustaka (judul, pengarang, jumlah halaman, dll), kegiatannya berupa membuat deskripsi bibliografi, menentukan tajuk entri utama dan tambahan, pedomannya antara lain AACR dan ISBD; dan 2) Pengindeksan subyek, yang berdasar pada isi bahan pustaka (subyek atau topik yang dibahas), mengadakan analisis subyek dan menentukan notasi klasifikasi, pedomannya antara lain bagan klasifikasi, dan daftar tajuk subyek. Kedua kegiatan ini menghasilkan cantuman bibliografi atau sering disebut katalog yang merupakan wakil ringkas bahan pustaka.




BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dalam manajemen perpustakaan sebenarnya banyak faktor yang menentukan tingkat keberhasilan perpustakaan, diantaranya adalah katalogisasi perpustakaan.
            Dengan menggunakan katalogisasi perpustakaan, dapat mempermudah para pengunjung perpustakaan dalam menemukan buku yang mereka cari, serta mempermudah pencatatan pembukuan dan pelaporan perpustakaan.
            Perpustakaan sebagai suatu system informasi berfungsi menyimpan pengetahuan dalam berbagai bentuk serta pengaturannya sedemikian rupa, sehingga informasi yang diperlukan dapat ditemukan kembali dengan cepat dan tepat. Untuk itu informasi yang ada diperpustakaan perlu diproses dengan system katalogisasi (cataloging).
           Oleh karena itu sangatlah perlu kiranya katalogisasi perpustakaan untuk menunjang kinerja dari perpustakaan tersebut.






DAFTAR PUSTAKA
Pamuntjak – Sjahrial Rusiana, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan, Djambatan, Jakarta, Cet. 5, 2000.
Fathmi dan Adriati, Katalogisasi : Bahan Ajar Diklat Calon Pustakawan Tingkat Ahli, Perpustakaan Nasional RI, Jakarta : 2004.
 
http://blog4makalah.blogspot.com/2010/06/makalah-manajemen-perpustakaan.html



                                        










    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar